Video Bokep di Chanel Telegram Pribadi: ASUPAN BOKEP INDO
Tentu saja, pekerjaanku memerlukan vitalitas yang tinggi. Jadi, meskipun sedang libur di Bogor, atau lebih tepatnya pulang ke kampung halaman, aku tidak pernah melewatkan rutinitas olahragaku.
Oh ya, namaku Robert, biasa dipanggil Rob. Usia ku 30 tahun dan aku belum menikah. Tentu saja, ini adalah keuntungan bagiku untuk menikmati masa lajang lebih lama, bersenang-senang dan menjalani hidup.Awalnya, tujuan fitnessku hanya iseng, ingin melihat wanita-wanita seksi yang mengenakan pakaian ketat (baju senam), tetapi akhirnya aku merasakan manfaatnya. Otot perutku menjadi rata, bisep dan trisepku terbentuk, sehingga meningkatkan rasa percaya diriku. Namun, kegiatan mengamati wanita berpakaian seksi tetap tidak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he he.
Akhirnya, aku memilih sebuah hotel di kawasan Asia Afrika. Aku terbiasa tidak langsung pulang ke rumah. Pada hari cutiku, aku memanfaatkan waktu untuk menikmati Bogor sendirian, daripada bersama orang-orang di rumah. Orang tuaku termasuk yang konservatif, penuh dengan aturan ketat, meskipun aku sadar bahwa hal itu membuatku hidup mandiri.
Hari itu masih sore, sekitar pukul 16.30. Setelah aku check-in dan beristirahat sejenak, aku memanfaatkan fasilitas fitness gratis. Aku mulai mengganti bajuku dengan celana pendek dan kaos tanpa lengan.
Ketika aku memasuki ruang fitness, aku melihat sekeliSulg yang masih agak kosong. Hanya ada beberapa pria yang menggunakan beberapa alat. Hmm, ini bukan hariku yang beruntung, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Aku mengayuh sepeda itu selama sekitar lima menit sebelum beralih ke beberapa alat lainnya.
Sepuluh menit menjelang pukul lima sore, satu, dua wanita masuk. Ok, this isn’t my unlucky day after all. Aku makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa wanita lainnya, yang tentunya berpakain senam, warna-warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, short pants dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut. Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada yang ngobrol, cekikikan, dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka mau ber-aerobic, pikirku.
Betul saja ketika seorang wanita berpakaian seperti mereka masuk dan mulai menotak-ngatik tape compo, dan terdengarlah suara musik house dengan tempo cepat. Masing-masing dari mereka menyusun barisan dan mulai bergerak mengikuti instruktur. Mereka mengikuti gerakan demi gerakan. Masih dalam tahap pemanasan.
Tiba-tiba seorang wanita masuk, sangat cantik dibanding yang lain, tinggi sekitar 165 cm, dengan rambut panjang diikat menjadi buntut kuda, mengenakan pakaian senam berbahan lycra mengkilat berwarna krem dengan model tank top dan g-string di pantatnya.
Bongkahan pantatnya tertutup lycra ketat berwarna krem yang lebih muda, sehingga menyerupai warna kulit tangannya yang kuning langsat hingga kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu. Woow, sangat seksi. Tanpa sengaja aku melihat bagian dadanya karena handuk yang menggantung di pundaknya diletakkan di kursi dekat alat yang kupakai.
Tonjolan putingnya terlihat jelas sekali, menghiasi tonjolan indah yang kira-kira berukuran 36B. Dia sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari barisan yang masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Jantungku berdegup kencang saat dia melirik meskipun hanya sesaat.
Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan hingga gerakan cepat melompat-lompat sehingga bongkahan payudaranya bergerak naik turun. Batangku mulai membengkak seiring dengan Sulcahnya gerakan si dia. Mataku terus tertuju padanya.
Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm betapa beruntungnya diriku. Hingga akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan. Keringat membasahi bajunya, tercetak jelas di punggung dan dadanya, sehingga tonjolan puting itu terlihat jelas sekali, ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan.
Hingga akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat pantulan kaca cermin yang berada di depannya ketika aku mengalihkan pandangang ke kaca. Dia tersenyum kepadaku lewat pantulan cermin. Entah berapa lama dia memandangku sebelum aku sadar dipandangi. Aku langsung memaSulgkan muka dan beranjak dari alat yang kupakai.
Aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya hingga akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaku menabrak seseorang dan terjatuh menyelam ke air.
Sama-sama kami berbalik dan setelah berbalik ku sadar yang ku tabrak adalah pantatnya si dia yang telah berganti pakaian renang, potongan high cut di pinggul dengan warna floral biru yang seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju renangnya, membuatku sedikit kecewa.
“Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih” kataku meminta maaf.
“Nggak kok Mas, aku yang salah, nggak lihat jalur orang berenang”, jawabnya sambil mengusap muka dan rambutnya ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari muka hingga bagian pusarku.
“Kenalan dong, aku Robert, biasa dipanggil Rob”, kataku sambil menyodorkan tangan.
Dijabatnya tanganku sambil berkata”Suli, lengkapnya MeSuli”, jawabnya.
Kami menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri se batas leher masing-masing. Kami duduk bersampingan.
“Baru disini Mas?”, Suli mulai lagi membuka pembicaraan.
“Iya, tapi jangan panggil Mas, Rob aja cukup kok. Aku asli Bogor, tapi memang baru kes Aku kerja di Jakarta. Kamu Sul?”, ku balik bertanya.
“Aku asli Bogor juga, kerja di bank B*, jadi CS. Deket sini kok, seberangan. Aku biasa aerobic dan renang disini, duahari sekali, yang ada jadwal aerobicnya saja”.
Pembicaraan kami berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yang lebih pribadi. Suli baru putus dengan pacarnya, kira-kira dua minggu yang lalu. Keluarga pacarnya tidak setuju dengan Suli dan pacarnya dijodohkan dengan orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Suli bercerita hingga..
“Sul, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.
“Hayo, .. siapa takut?”, jawabnya.
Kami berdua berlomba sampai sebrang. Aku sedikit curang dengan mendorong bahunya ke belakang sehingga Suli sedikit tertinggal. Pada saat aku duluan di seberang..
“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul tanganku.
Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Suli. Dia mengejarku, sampai akhirnya”Byurr, .”., aku terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol kakiknya hingga diapun terjatuh dan kami berdua tidak sengaja berpelukan. Dadanya yang empuk menyentuh dadaku, membuat batangku kembali membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kami masih berpelukan walau agak renggang.
Kami saSulg bertatapan, lalu Suli memelukku lagi. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan membalas pelukannya. Udara Bogor yang dingin pada sore yang mulai malam itu, semakin memperkuat pelukan kami.
Batangku yang sejak tadi mengeras menyentuh perut bagian bawah Suli, tepatnya di atas kemaluannya sedikit. Pantat Suli bergerak mendorong, membuat batangku terjepit antara perut Suli dan perutku. Suli melakukannya berulang kali, hingga darahku berdesir.
"Emhh." Suli bergumam.
Menyadari aku berada di tempat umum, meskipun kolam renang agak sepi, hanya ada tiga orang selain kami, membuatku sedikit melepaskan pelukan meskipun rasanya sayang untuk dilakukan.
"Sul, bagaimana kalau kita sauna di hotel yuk!", ajakku untuk menetralkan suasana.
Suli tampak sedikit kecewa dengan sikapku yang sengaja kulakukan.
"Oke!", jawabnya singkat.
Kami berdua mengambil handuk dari kursi di pinggir kolam, dan berjalan bersama menuju ruang sauna hotel yang tidak jauh dari kolam renang. Terbayang apa yang Suli lakukan di kolam, membuatku menerawang jauh menyusun rencana selanjutnya dengan Suli.
“Kosong.”., kataku dalam hati melihat ruang sauna hotel.
Kami berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu, sehingga orang lain tidak dapat melihat kami berdua lewat jendela kecil pintu sauna hotel.
“Sul.”., belum sempat aku bicara, Suli menciumku di bibir.
Bibir kami saSulg berpagut melakukan french kiss. Penetrasi lidah Suli di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Suli memegang dadaku, kemudian mengusap menyusuri perut hingga sampai pada batangku yang sudah berdiri dari tadi. Suli meremas batangku yang masih terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencang sekali payudaranya.
Temperatur ruang sauna hotel menambah panasnya hawa disana. Kubalik Suli membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas payudaranya”.Emhh.. Rob.. ahh”, Suli melenguh. Ku susupkan tanganku ke payudaranya, dari celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Suli sedikit menjerit, dan menggeSuljang. Untungnya ruangan sauna hotel kedap suara.
“Rob, aku butuh kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Suli berbisik di teSulgaku, sambil masih kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Suli menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di s*.?”, tanyanya dengan muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayang.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.
Satu-satu kami keluar dari ruang sauna hotel. Suli bergegas ke ruang ganti. Begitupun diriku. Setelah siap, Suli menenteng tasnya dan kami pun berjalan bersamaan. Kami berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing, layaknya sepasang kekasih yang sudah lama pacaran. Stelah mengambil key card dari recepsionist, kami naik ke kamarku di 304.
Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kami merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Suli masih memakai baju seragam banknya, lengkap dengan blazer, sepatu hak tinggi dan stocking hitam menggoda. Seksi sekali!
Suli di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali kujilat leher dan teSulganya. Suli meracau memanggil-manggil namaku. Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yang masih menempel, terlihat jelas puting berwarna coklat menerawang.
Hmm, sengaja tidak memakai bra pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yang mengencang. Rambutku diusapnya sambil dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya.
Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Suli tidak memakai CD lagi. Ku jilat kemaluan Suli yang masih terhalang stocking. Noda basah di bibir vagina tercetak jelas di pantyhosenya. Suli semakin mecarau dan menggeSuljang. Ku gigit sobek bagian yang menutupi vaginanya yang basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir vagina merah merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.
Suli mengejang hebat, tanda orgasme pertamanya.
“Emhh Arryy.. ahh”, Suli sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayang.. oh.. benar-benar nikmat..!”.
“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Suli merengek sambil cemberut.
“Oke, tapi puaskan dulu aku Sul, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.
Suli kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse yang terbuka dan masih menempel itu disingkirkannya. Hingga terlihatlah dua bukit menggantung di atasku. Vagina basah Suli terasa di perutku. Rok yang tersingkap dilepasnya dari atas. Tinggal stocking yang masih menempel, sepatunya pun sudah lepas.
Suli kembali menciumku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku juga menggeSuljang karena geli. Kemudian lidahnya menyapu perutku hingga sampai ke batang penisku yang tegak. Suli mengocoknya perlahan.
Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa hangat itu terasa saat lidahnya menyapu seluruh permukaan penisku. Seluruh batang penisku terbenam di mulut Suli. Sambil dikocok, keluar masuk mulutnya Suli.
"Ohh..!" aku pun tak luput meracau.
Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong Suli menjauhi penisku, aku bangun dan berlutut di belakang Suli.
"Masukkin Ry, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Arryy!", Suli berteriak seiring dengan masuknya batang penisku sedikit demi sedikit lewat celah stocking yang kugigit tadi.
"Bless.".. Pantat Suli bergerak maju mundur, demikian juga pantatku, saSulg berlawanan.
"Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Rob.. yes", begitulah kalimat tak beraturan meluncur dari mulut Suli, bersamaan dengan semakin cepatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan pantat seksinya. Suli menjilati jari-jarinya sendiri.
"Mmhh.. Aaahh.. mmh."., desah Suli yang membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot pantatnya.
Kemudian kami berganti posisi. Aku berbaring dan Suli berada di atasku. Suli mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisku ke dalam vagina basahnya. Suli terlebih dahulu mengusap-usapkan penisku di bibir vaginanya. Aku makin kelojotan dengan perlakuan Suli. Centi demi centi penisku dilahap vagina Suli.
“Blessh.”., lengkap sudah penisku dilahap vaginanya.
Suli bergerak turun naik beraturan. Payudaranya bergoyang turun naik pula. Pemandangan indah terebut tidak kulewatkan saat badanku bangun, dan wajahku menghampiri payudaranya. Kuremas dua gunung kembar yang begoyang mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.
“Errgh.. erghh.. ahh.”., Suli mendesah tanda menikmati genjotannya sendiri.
Kini kutarik tubuh Suli sehingga ikut berbaring di atas tubuhku. Ku mulai menggenjot pantatku dari bawah. Suli teridam dan menengadahkan kepalanya, dan sesaat kemudian Suli berteriak meracau.
“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yang tiada duanya.
5 menit dengan posisi seperti itu, Suli mengejang, dan berteriak panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh.. Rob.. aaihh.”., tanda dia mencapai orgasme.
Terlepas penisku dari vaginanya tatkala Suli ambruk di sisiku. Suli ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari Suli. Kubalik tubuh penuh keringat yang mengkilat terkena cahaya lampu.
Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti stocking hitam yang masih menempel di kakinya yang mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari pantat hingga betis. Kujilati lubang anus Suli, dan membuat dia sedikit mengangkat pantatnya keatas.
“Please.. Rob.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya ketika mendapat perlakuanku.
Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dengan perlakuanku, menjilati lubang anusnya dan membuat penetrasi di lubangnya dengan lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Hingga akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Suli, karena kulihat lubang anus Suli agak sedikit besar dibanding orang yang belum pernah disodomi.
“Sul, siap ya.”., kataku sambil mengusapkan ludahku di penis yang masih berdiri tegak.
“Apa.., mau apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Roby.. Janng.. aahh”, belum selesai Suli bicara, aku telah menancapkan penisku di anusnya.. begitu hangat, sempit dan lembut.
Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Suli pasrah, dan meracau tak karuan.
“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. Sul..?, tanyaku sambil menggenjot pantat Suli seksi nan aduhai.
“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder baby.”., jawabnya.
Selama 10 menit aku memompa batang penisku di anusnya, aku merasakan cairan sperma sudah berada di ujung kepala penisku. Dengan cepat kutarik keluar penisku, dan kubalik Suli agar menghadapku. Sambil kukocok, spermaku muncrat di wajah Suli.
Suli yang tidak siap menerima spermaku di wajahnya, menggelengkan kepala kiri dan kanan, hingga spermaku membasahi rambut dan pipinya. Akhirnya, mulutnya terbuka, dan sisa semprotan spermaku masuk ke dalam mulutnya. Setelah spermaku habis, dia mengulum penisku. Aku yang masih merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-sisa orgasme panjangku. "Tuhan.. Terima kasih sayang.. Suli," kataku sesaat setelah roboh ke samping Suli.
"Curang lagi kamu Ry, .. Seharusnya aku minum semuanya.. kasih tahu dong mau mucrat di wajah, gitu," Suli cemberut menjawabnya.
Aku hanya tersenyum. Tak terasa kami bercinta cukup lama, hingga jam 10 malam.
Akhirnya Suli memutuskan untuk bermalam di kamarku. Kami masih melakukannya beberapa kali hingga subuh. Lagipula, hari itu adalah akhir pekan dan Suli memang libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama itulah yang membuat kami berpacaran selama 6 bulan hingga akhirnya kami putus.
0 Komentar